Tentang Boh Panah

Gôb pajôh bôh panah, tanyôë nyang méuligan géutah.
Begitulah petikan "Hadieh Maja" Orang Tua Aceh masa dahulu yang sampai sekarang dan sampai kapanpun masih akan berlaku. Tanpa perlu menguraikan maknanya kita ketahui bahwa hidup ini memang penuh dengan warna-warni yang dari setiap warna tersebut bersatu untuk sebuah cahaya. Ada Putih, Merah, Kuning, Hijau, Biru, Hitam, Abu-abu dan keturunannya masing-masing yang begitu luas dan dalam bila kita ingin menyelaminya. 
Baik buruknya ruang kehidupan serta isinya memang sudah menjadi sesuatu yang wajar untuk kita hayati dan syukuri. Karena dengan hal demikian-lah kita dapat menilai langkah kita menuju Ilahi.

Dibalik itu semua harusnya kita senantiasa meluangkan waktu sejenak hanya untuk berintrospeksi diri dengan melihat lingkungan sekitar yang sebenarnya kita bahkan jarang memperhatikannya. Kenapa..? Mudah saja, karena bagi kita mungkin itu hanya sesuatu hal yang biasa dan tak ada pentingnya. Kalaupun penting mungkin hasil nalar subjektif kita saja yang menafsirkan kebalikannya.

Meluncurnya suatu sudut ruang di dunia maya yang betah saja berada di http://bohpanah.blogspot.com/ semata sensasi atau pura-pura menjadi rumah publik dan sekedar ikut-ikutan, begitu setidaknya dalam bayangan anda. Namun kami tidak menyalahkan, karena pikiran anda hanya Tuhan yang punya kendalinya. Kami hanya berusaha sekedar saja untuk berbagi informasi mengenai hal-hal yang terjadi walau hanya sebagian yang begitu dekat dengan kita. Baik buruknya dunia menjadi suatu hal yang penting bagi kami karena, "Apakah semua di dunia ini diciptakan sia-sia..?"

Boh Panah (buah nangka) sendiri merupakan bagian dari hasil tumbuhan yang dengan kuasa-Nya menjadi begitu khas sehingga suatu saat oleh Raja Aceh menjadi makanan favorit yang begitu terkenal hingga kini. Walaupun anda sendiri sudah tahu akan begitu banyaknya protes yang dihujat penikmatnya sendiri terhadap Boh Panah tersebut. Mari kita bersyukur, karena tidak hanya saat menikmati lezatnya Boh Panah itu dalam berbagai macam bentuk saja kita akan puas, akan tetapi setelah itu kita-pun akan tetap merasakan nikmat yang berterusan yang ditimbulkan olehnya, anda tahu itu.

Kembali tentang boh panah "Hadieh Maja" dan wujud aslinya. Memang begitu jauh dan mendalam kata-kata yang disiratkan oleh indatu kita. Sehingga kita-pun sulit untuk menggabungkannya. "Cang Panah" yang selama ini menjadi "Hadieh Maja" baru di kalangan kita. Tidak tahu kapan, dimana dan siapa pengarangnya sehingga kita sadar sekarang bahwa hampir semua orang di sekitar kita menggunakannya di saat kita ataupun rakan kita sedang membahas suatu masalah dengan sedemikian meu-asap-nya sehingga ujung-ujungnya hanya tinggal asap. Asap untuk membersihkan mukanya.

Melalui itu semua kami berusaha mengambil makna yang sungguh sederhana untuk kami jadikan nama suatu sarana berbagi juga bersilaturrahmi ini dengan "Boh Panah", namun kami tidak sekedar Cang Panah dengan hanya asap sebagai hasilnya disini. Akan tetapi sesuatu yang lebih bermakna walaupun maknanya hanya akan tersirat melalui senyum anda.

Jadi buka mata pasang telinga kendurkan urat pipi dan tersenyumlah untuk mulai cang "Boh Panah".

Pat Boh Pahah Nyang Hana Geutah Kecuali Boh Mirah Ngoen Boh Keuladi, Pat Tuto atawa But Nyang Hana Salah Kecuali Firman Allah Ngoen Hadih Nabi. 
Untuk Informasi, Masukan dan lainnya silakan hubungi kami di :
>>> geutah_bohpanah@yahoo.com  atau langsung ke formnya disini..

Teurimoeng Geunaseh
(Terima Kasih..!)  


(Redaksi Boh Panah)